Minggu, 20 Juni 2010

Foto the lord

Ladies power

The women black canary

JANGAN HANYA SEGITU

Dewasa ini, ketika korupsi, kolusi dan nepotisme makin subur dan berkecambah dalam aneka bentuk, kata-kata bijak di atas tampaknya tidak berarti apa-apa. Ada satu pepatah Jawa yang sering saya plesetkan: “Ngono ya ngono, namun ojo mung sa ngono”, arti harafiahnya sering saya terjemahkan demikian: “Begitu yang begitu, tapi jangan hanya segitu, kalau bisa lebih dari itu”. Artinya, jika ada peluang yang memungkinkan, kalau bisa, jangan setengah-setengah untuk korupsi, kolusi dan nepotis. Jika ada peluang harus dimanfaatkan sebaik mungkin, jangan sampai menyesal setelah peluang itu lewat. Itulah cara berpikir orang yang serakah, cara berpikir orang yang tidak bijaksana. Cara berpikir orang yang tidak pernah bersyukur atas hidup dan kehidupannya.

Membeli kekayaan tidak dengan menjual kebajikan menegaskan pada kita bahwa kebajikan, kebijaksanaan hidup di atas segalanya. Orang boleh saja miskin secara material, tetapi kalau memiliki kebajikan, akan membuat “dunia” sekitar tunduk padanya. Kekayaan memang bukanlah sesuatu yang buruk....dan orang perlu kaya supaya mampu hidup lebih baik. Tetapi kekayaan bukanlah segalanya....Apalah artinya kekayaan, kalau orang hidup tidak bahagia dengan dirinya, selalu merasa dikuasai oleh kekayaan, bahkan tidak bisa tidur dengan tenang memikirkan harta kekayaannya. Dengan hidup bijak, orang bisa menguasai segala sesuatu, termasuk kekayaannya. Orang bisa menikmati kehidupan itu sendiri.

Membeli kekuasaan tidak dengan menjual kebebasan, menegaskan pada kita bahwa kekuasaan itu hanyalah atribut yang melekat pada seseorang, sesuatu yang dari luar, sesuatu yang bisa diperjuangkan. Sedangkan kebebasan adalah sesuatu yang sudah melekat pada diri seseorang. Dengan kebebasan dalam diri (bebas dari dan bebas untuk), orang mampu mengatur hidupnya secara bijak, benar dan tanggungjawab. Orang yang haus kekuasaan, seringkali merasa terpasung dan tidak bebas untuk memperkembangkan dirinya. Orang hidup dalam ketakutan, bukan dalam kebenaran.

Melayani Allah tidak hanya segitu. Kita seringkali begitu gigih berjuang demi kekayaan dan kekuasaan dengan menggadaikan kebenaran, kebebasan dan terutama menukar iman/keyakinan kita dengan hal-hal duniawi seperti uang, pangkat dan kekuasaan...Betapa mudahnya mata dan hati kita gelap atau disilaukan oleh hal hal-hal duniawi. Mengapa untuk sang Pencipta kita hanya berusaha setengah-setengah, sedangkan untuk hal-hal duniawi kita begitu total dan mati-matian? Saya pribadi, pada awal-awal meninggalkan hidup panggilan (calon imam) selalu merasa bahwa saya telah menyia-nyiakan karunia Allah. Saya merasa bahwa perjuangan saya untukNya “mung sa ngono”, hanya segitu...saya hampir merasa duniaku tamat dengan tidak menjadi imam (meski itu saya putuskan dengan kehendak bebas saya)...Ternyata, untuk berbuat yang terbaik bagi Allah, ada banyak cara dan jalan...saya justru semakin menemukan diri bahwa saya bisa melayani Allah dengan menulis sebagaimana yang saat ini saya lakukan...sehingga permenungan makin bijak dalam hidup ini sampai di tangan Anda...Janganlah kita merasa rendah diri, bila apa yang kita cita-citakan gagal kita raih...masih ada banyak cara untuk berbuat baik dan memuji Allah...yang penting cara kita tidak bertentangan kehendaknya, tidak menggadaikan kebenaran dan iman, tidak mengorban orang lain demi ambisi dan egorime kita...Hendaklah apa yang kita lakukan senantiasa di jalan Allah. Indah sekali rasanya....kalau kita mendasarkan hidup dan cita-cita kita dalam kehendak dan kuasa Allah...Jangan setengah-setengah berbuat kebaikan, kebajikan dan kebenaran bagi Allah dan sesama....

Tersenyumlah dengan Hati

Tersenyumlah dengan Hati
Kisah berikut ini saya kopikan dari mailist brayatminulya yang dikirimkan oleh Bpk Adihendro dari Gramedia. Ketika membacanya, sama seperti bapak Adihendro, mata saya pun berkaca-kaca. Kisah yang menggugah kalbu, menyentuh nurani, mengasah kepekaan berbela rasa. Terima kasih bapak Adi atas kiriman kisah ini. Dan kini saya muatkan lagi di http://alfredobenjogoena.blogspot.com, dan http://albento.multiply.com biar makin banyak orang yang terinspirasi untuk berbuat kasih dengan sepenuh hati. Belajar dari pengalaman inspiratif dari orang lain sungguh membuat kita kian menyadari hakekat kemanusiaan kita. Selamat membaca dan semoga memberi inspirasi bagi kita.
Saya adalah ibu dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya.

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling." Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.

Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" kearah saya.

Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap ke arah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' di tempat itu.

Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah
ber-kaca-kaca dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."

Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata
"Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada
di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.
Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-anakku!" Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar-benar bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami.

Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."

Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-lambaikan tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar-benar 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya..

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya.

"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."
Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan  bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!

Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini kepada orang-orang terdekat anda. Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu.

Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.
Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri..

Melihat dan Memandang

Sebuah percikan permenungan dari utak-atik kata dan bahasa.yang mengusik saya di sela-sela kerja.
Dalam bahasa Perancis kata melihat dan memandang/ memperhatikan dipisahkan secara jelas dalam kata voir dan regarder. Memang sepintas kata voir dan regarder ini sama artinya, karena sama-sama menggunakan aktivitas mata. Namun ada nuansa yang sangat berbeda dari kedua kata itu. Kita bisa melihat banyak hal dalam sekali sapuan mata, tetapi kita tidak bisa memperhatikan sesuatu secara jelas dan fokus. Memperhatikan butuh “berhenti sejenak” pada suatu objek. Sedangkan melihat dapat terjadi sambil lalu saja. Atau dalam bahasa Inggris kita kenal kata see (melihat) dan look at (memandang, memperhatikan). Kata see me (lihatlah saya) akan terasa “ngambang” jika dibandingkan dengan look at me (pandanglah saya). Melihat dan memandang meski bermakna sama, memiliki nuansa yang berbeda. Regarde moi, look at me (pandanglah saya) terasa lebih familiar dan intim/personal, sedangkan see dan voir terkesan agak asing dan tidak personal.
Hal yang sama dapat kita berlakukan untuk diri kita. Ketika saya berkata, “saya melihat diri saya di cermin” akan berbeda nuansa dan maknanya dengan “saya memandang, memperhatikan diri saya di cermin.” Menurut saya, melihat dapat terjadi secara global terhadap diri, sedangkan memperhatikan, saya berusaha sedetail mungkin menelusuri diri saya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Memperhatikan diri berarti kita memperlakukan bagian-bagian tubuh kita secara personal dan intim.
Dalam pengolahan rohani (bagi yang pernah dibina dan membina diri dalam panggilan religius tentu sudah terbiasa) menurut saya, voir atau regarder ikut menentukan cara kita memperlakukan diri. Regarder selalu bernuansa lebih intim dan personal, maka kebiasaan untuk memandang diri secara positif (detail-detail diri) akan membantu kita untuk memandang dunia dan sesama. Bila kita menuntut orang untuk regarde moi avec ton amour (perhatikan saya dengan cintamu) maka kita tentu akan memberikan cinta sebelum kita meminta: J’ai vous donne mon amour (saya telah memberikan cintaku kepadamu).
 
Sebagai ilustrasi meski tidak benar-benar “ngeh” alias cocok, kisah baut kecil ini bisa menginspirasi kita.
Sebuah baut kecil bersama ribuan baut seukurannya dipasang untuk menahan lempengan-lempengan baja di lambung sebuah kapal besar. Saat melintasi samudera Hindia yang ganas, baut kecil itu terancam lepas. Hal itu membuat ribuan baut lain terancam lepas pula. Baut-baut kecil lain berteriak menguatkan, 'Awas! Berpeganglah erat-erat! Jika kamu lepas kami juga akan lepas!' Teriakan itu didengar oleh lempengan-lempengan baja yang membuat mereka menyerukan hal yang sama. Bahkan seluruh bagian kapal turut memberi dorongan semangat pada satu baut kecil itu untuk bertahan. Mereka mengingatkan bahwa baut kecil itu sangat penting bagi keselamatan kapal. Jika ia menyerah dan melepaskan pegangannya, seluruh isi kapal akan tenggelam. Dukungan itu membuat baut kecil kembali menemukan arti penting dirinya diantara komponen kapal lainnya. Dengan sekuat tenaga, ia pun berusaha tetap bertahan demi keselamatan seisi kapal. Penemuan diri yang dilakukan baut kecil terjadi setelah dia memandang, memperhatikan detail-detail dirinya secara positif. Bagaimana dengan kita???

Jumat, 18 Juni 2010

PENGUKURAN KUALITAS SINYAL PADA JARINGAN GSM

ABSTRAK
Jumlah pengguna yang semakin banyak bisa menjadi penyebab menurunnya kualitas layanan karena
memungkinkan peningkatan interferensi sinyal. Hal ini membuat operator Global System for Mobile
Communication (GSM) harus menjaga kinerja jaringan pada tingkat kualitas yang memuaskan pelanggan.
Sistem pengawasan kualitas jaringan GSM bisa mempresentasikan kualitas jaringan sebuah operator jaringan
GSM. Sistem ini akan membantu operator dalam menjaga kualitas jaringan. Penelitian ini memberikan solusi
akan ketersediaan perangkat pengawasan kualitas jaringan GSM yang lengkap dan ekonomis.

Senin, 14 Juni 2010

LOCAL AREA CODE (LAC)

ada yang tau mengenai LAC ??
TOLONG DIJELASKAN SECARA TERPERINCI ...!!

LAC adalah sebuah identitas yang digunakan
untuk menunjukkan kumpulan beberapa cell. Sebuah
PLMN tidak boleh menggunakan 1 LAC yang sama
untuk 2 cell group yang berbeda. Sebuah LAC dapat
digunakan dalam 2 atau lebih BSC yang berbeda,
dengan syarat masih dalam 1 MSC yang sama.
Informasi lokasi LAC terakhir dimana sebuah MS
berada akan disimpan di VLR dan akan diperbaharui
apabila MS tersebut bergerak dan memasuki area
dengan LAC yang berbeda (Heine, 1998).

TAROMBO BATAK

ASAL USUL MARGA-MARGA SI RAJA LONTU

Si Raja Batak memiliki 3 orang anak yaitu:
1. Guru Tatea Bulan (Naimarata).
2. Si Raja Isumbaon (Nai Sumbaon).
3. Toga Laut (merantau ke Gayo/Alas – Aceh).
Guru Tatea Bulan memiliki 10 anak (5 laki-laki & 5 perempuan) yaitu:
1. Raja Uti, Raja Gumelenggeleng, Raja Biak-biak, Raja Hatorusan, Raja Nasora Mate, Raja Nasora Matua, Partompa Mubauba, Sipagantiganti Rupa.
2. Saribu Raja.
3. Siboru Pareme.
4. Siboru Biding Laut (Boru Anting Haomasan).
5. Limbong Mulana.
6. Siboru Anting Sabungan.
7. Siboru Haomasan (Bunga Haomasan).
8. Sagala Raja.
9. Malau Raja/Silau Raja.
10. Nantinjo Nabolon.
Saribu Raja dan Siboru Pareme adalah anak kembar. Tanpa sepengetahuan yang lain mereka berdua selingkuh dan Siboru Pareme akhirnya berbadan dua. Akihirnya bocorlah rahasia ini dan mereka berdua dikenakan hukuman mati. Tapi secara diam-diam Malau Raja (anak no. 9) membantu mereka berdua untuk melarikan diri ke hutan.
Setelah lama tinggal dihutan, bertemulah Siboru Pareme dengan Babiat Sitempang dan mereka kawin dengan meminta persetujuan Saribu Raja. Saribu Raja menyetujui itu dengan beberapa persyaratan tentunya. Lalu lahirlah Si Raja Lontung dengan wajah uli dan badan berbulu seperti babiat/harimau.
Dari kecil sampai dewasa, Si Raja Lontung selalu lebih pandai dari ayahnya (Babiat Sitempang) bila diajari segala macam hal. Akhirnya, marahlah ayahnya karena ayahnya selalu kalah bila bertarung dengan dia. Maka muncullah niat ayahnya untuk membunuh Si Raja Lontung. Siboru Pareme pun membujuk suaminya untuk belajar lagi ke hutan untuk memperdalam ilmunya supaya bisa mengalahkan anaknya kelak. Diam-diam Siboru Pareme membawa anaknya jauh dari ayahnya agar bisa diselamatkan dari murka ayahnya.
Akhirnya mereka berdua meninggalkan hutan dan menuju ke tepi Tao Toba untuk tinggal dan menetap disana (daerah sabulan). Setelah sekian lama tinggal disana, dibujuklah Si Raja Lontung ini untuk mencari pasangan hidup. Dia disuruh mencari paribannya untuk jadi istrinya di kampung tulangnya di Sianjur Mula-mula. Katanya: `Disana kau akan menemukan pancuran/mata air `Aek Si Pitu Dai’ dimana tempat boru ni tulangmu mandi-mandi’. Siboru Pareme memberikan beberapa petunjuk dan persyaratan ke pada anaknya Si Raja Lontung sebelum berangkat kesana. Dia memberikan cincin dan berkata kepada anaknya:’ Carilah yang mirip dengan wajahku, yang rambutnya sama denganku, dan gayanya mirip dengan gayaku. Temui dan tegurlah dan katakanlah pesan ibumu ini, lalu pasangkanlah cincin ini ke jarinya. Kalau cocok dijarinya, jangan dilepas cincin tersebut tetapi bawalah dia dan jangan mampir lagi ke kampung tulangmu.
Maka berangkatlah Si Raja Lontung menuju ke Aek Si Pitu Dai tempat dimana paribannya mandi-mandi. Tanpa sepengetahuan Si Raja Lontung, ibunya pun pergi ke Aek Si Pitu Dai dengan memakai jalan yang lain. Dengan waktu yang sudah diatur, sampailah ibunya terlebih dahulu ke Aek Si Pitu Dai tersebut dan mandi-mandi disitu. Terlihatlah oleh Si Raja Lontung ada perempuan sedang mandi-mandi disitu. Ditemui lah perempuan itu dan ditegurnya yang ternyata cocok dengan persyaratan yang diberikan ibunya. Lalu dipasangkanlah cincin yang dibawanya ke perempuan itu dan ternyata cocok juga. Lalu dibawalah perempuan itu untuk dijadikan istrinya tanpa mampir lagi ke kampung tulangnya. Jadi dibasa-basahon Tuhanta ma 9 ianakkoni Si Raja Lontung, mauliate ma di Tuhan i.
Anak-anak ni Si Raja Lontung (Lontung Si Sia Sada Ina):
1. Toga Sinaga (Bonor, Ompu Ratus, Uruk), Simanjorang, Simaibang, Barutu (Dairi), Bangun (Karo), Parangin-angin (Karo).
2. Toga Situmorang (Raja Pande/Lumban Pande, Raja Nahor/Lumban Nahor, Tuan Suhut ni Huta, Raja Ringo (Siringoringo Raja Dapotan, Siringoringo Pagarbosi, Siringoringo Siagian), Raja Rea/Sipangpang, Tuan Ongar/Rumapea, Sitohang (Uruk, Tonga-tonga, Toruan], Padang, Solin).
3. Toga Pandiangan (Ompu Humirtap/Pandiangan, Si Raja Sonang (Gultom, Samosir, Pakpahan, dan Sitinjak), Harianja, dan Sidari).
Toga Samosir: Rumabolon, Rumasidari (Ompu Raja Minar, Ompu Raja Podu, dan Ompu Raja Horis/Harianja).
Toga Gultom ada 4 bagian:
a. Gultom Huta Toruan: Guru Sinaingan.
b. Gultom Huta Pea: Somorong, Si Palang Namora, dan Si Punjung. Si Palang Namora: Tumonggopulo, Namoralontung, Namorasende (Ompu Jait Oloan) dan Raja Urung Pardosi/Datuk Tambun (Namora So Suharon, Baginda Raja, Saribu Raja Namora Soaloon, Babiat Gelamun), Pati Sabungan].
c. Gultom Huta Bagot.
d. Gultom Huta Balian.
4. Toga Nainggolan:
a. Toga Sibatu (Sibatuara, Parhusip)
b. Toga Sihombar (Rumana hombar, Lbn. Nahor, Lbn. Tungkup, Lbn. Raja, Lbn. Siantar, Hutabalian, Pusuk, Buaton, Nahulae).
5. Toga Simatupang (Togatorop, Sianturi, Siburian).
6. Toga Siregar (Silo, Dongoran, Silali/Ritonga/Sormin, Siagian).
7. Toga Aritonang (Ompu Sunggu, Rajagukguk, Simaremare).
8. Siboru Amak Pandan, muli tu Toga Sihombing.
9. Siboru Panggabean, muli tu Toga Simamora.

MARTABE

Horas..tano batak....!!
Bagi semua org batak mari kta bangun tanah kelahiran kita...!
Salam perjuangan buat semua .....!!\
Salam...sejahtera ...!!

Hi para blogger seluruh dunia...!! Ne aku lagi belajar mengenai drivetest tems investigation pada jaringan GSM.
Saya mau minta tolong ne siapa tau ada vendor atau kawan kawan mahasiswa yang tau mengenai Drivetest....
Biar di berikan penjelasan mengenai hal itu ..

Tolong ya...................!!!

Thx...!!

Selamat bergabung

Buat semua marga simaremare, mari kita satukan aspirasi kita untuk memajukan seluruh marga simaremare yang ada di seluruh pelosok bumi ini.